Rabu, 26 Februari 2014

Pantai Kuta


Pantai Kuta – Kabupaten Badung – Bali – Indonesia
Bagi wisatawan (tourist) domestik maupun mancanegara, menikmati waktu senja di Pulau Bali terasa tidak lengkap jika belum menyaksikan matahari tenggelam (sunset) di Pantai Kuta. Daya tarik Pantai Kuta berbeda dengan Pantai Sanur yang lebih diminati karena keindahan mentari terbitnya (sunrise). Selain panorama sunset, Pantai Kuta juga menyuguhkan pemandangan yang cukup mengesankan, yakni garis lengkung pantainya yang berbentuk bulan sabit dengan hamparan pasir putih sepanjang + 2 km.
Sebelum menjelma menjadi obyek wisata terkemuka, dulunya Pantai Kuta merupakan salah satu pelabuhan dagang di Pulau Bali yang menjadi pusat pemasaran hasil-hasil bumi masyarakat pedalaman dengan para pembeli dari luar. Pada abad ke-19, Mads Lange, seorang pedagang asal Denmark, menetap dan mendirikan markas dagang di Pantai Kuta. Melalui keterampilannya bernegosiasi, Mads Lange menjadi perantara perdagangan antara raja-raja di Bali dengan Belanda.
Pada perkembangannya, Pantai Kuta mulai kondang setelah Hugh Mahbett menerbitkan buku berjudul Pujian untuk Kuta. Buku tersebut berisi ajakan kepada masyarakat setempat untuk menyiapkan fasilitas pariwisata demi menunjang perkembangan kunjungan wisata ke Pantai Kuta. Melalui buku itu, wacana tentang pengembangan fasilitas pariwisata kian marak, sehingga pembangunan penginapan, restoran, maupun tempat-tempat hiburan makin meningkat.
Sebagai pantai paling populer di Bali, denyut aktivitas wisatawan di Pantai Kuta beranjak dari pagi hingga dini hari. Pada pagi hari, Pantai Kuta dikunjungi oleh wisatawan yang ingin menghirup udara segar, sekedar berjalan-jalan, atau mencari sarapan. Pada siang hari, para turis baik domestik maupun mancanegara biasa menikmati panorama alam sembari berjemur di pinggir pantai. Ada juga keluarga yang membawa anak-anak mereka untuk bermain pasir atau berenang di pantai.
Jika sore menjelang, jumlah wisatawan umumnya bertambah untuk menyaksikan daya pikat pantai ini, yaitu matahari tenggelam (sunset). Apabila malam telah merambat, suasana Pantai Kuta berubah lebih semarak dengan suasana kehidupan malam (night life) yang terpusat di sejumlah tempat hiburan.  

 
        
Daya tarik lainnya, Pantai Kuta memiliki deburan ombak yang besar yang menjadi tantangan tersendiri bagi para wisatawan untuk melakukan olahraga selancar (surfing). Tempat ini juga kerapkali menjadi arena perlombaan selancar tingkat nasional maupun tingkat dunia. Kendati demikian, Pantai Kuta juga cocok untuk para pemula yang baru belajar berselancar. 
Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Propinsi Bali, Indonesia.
Untuk menuju ke Pantai Kuta, wisatawan dapat memulai perjalanan dari Kota Denpasar. Dari ibukota Propinsi Bali ini Pantai Kuta terletak sekitar 11 km arah selatan. Dari Denpasar wisatawan dapat menggunakan jasa transportasi umum (taksi maupun bemo) dengan lama perjalanan sekitar 15—20 menit.  
Sebagai pusat destinasi pariwisata di Pulau Bali, Pantai Kuta memiliki beragam fasilitas pendukung, salah satunya adalah pusat pelatihan dan penyewaan peralatan surfing. Bagi wisatawan yang ingin belajar melakukan surfing, di pantai ini tersedia tempat-tempat khusus yang menyewakan peralatan selancar dan sekaligus pemandu. Di pantai ini juga tersedia arena hiburan, seperti bungy jumping, water boom serta arena permainan lainnya. Selain itu, di sepanjang Pantai Kuta terdapat berbagai macam kafe, bar, pub, diskotek, maupun ajang live music yang selalu ramai dikunjungi oleh para turis untuk menghabiskan waktu atau sekedar menambah hiburan di malam hari.


Bagi para penggemar belanja, di sekitar Pantai Kuta tersedia toko-toko suvenir yang menjual barang kerajinan dalam berbagai bentuk, berbagai macam aksesoris, pakaian khas pantai, serta kaos oblong. Di dekat Pantai Kuta juga terdapat supermarket, hotel berbintang, wisma, serta warung makan maupun restoran yang menyuguhkan berbagai masakan dengan selera lokal maupun cita rasa global.
Apabila wisatawan ingin sekedar relaksasi, di pinggiran Pantai Kuta terdapat para pemijat profesional yang bisa langsung disewa dengan biaya sekitar Rp 20.000 untuk setengah jam dan Rp 40.000 untuk satu jam pemijatan. Ada juga penjual jasa yang memiliki keterampilan untuk mempercantik penampilan wisatawan, misalnya para pembuat tatto temporer, pewarna kuku, serta penata/pengepang rambut. Tentunya biaya menyesuaikan kebutuhan hidup saat itu.
Sumber :  http://wisatabali2010.wordpress.com/pantai-kuta/

Selasa, 25 Februari 2014

Tari Gambyong

Tari gambyong merupakan salah satu bentuk tari tradisional Jawa. Tari gambyong ini merupakan hasil perpaduan tari rakyat dengan tari keraton.
Sejarah
‘Gambyong’ semula merupakan nama seorang waranggana – wanita terpilih atau wanita penghibur – yang pandai membawakan tarian yang sangat indah dan lincah. Nama lengkap waranggana tersebut adalah Mas Ajeng Gambyong yang hidup pada zaman Sinuhun Paku Buwono IV di Surakarta (1788-1820), dia terkenal di seantero Surakarta dan terciptalah nama Tari Gambyong..
Awal mulanya, tari gambyong sebagai bagian dari tari tayub atau tari taledhek. Istilah taledhek tersebut juga digunakan untuk menyebut penari tayub, penari taledhek, dan penari gambyong. Gambyong juga dapat diartikan sebagai tarian tunggal yang dilakukan oleh seorang wanita atau tari yang dipertunjukkan untuk permulaan penampilan tari atau pesta tari. Gambyongan mempunyai arti golekan ‘boneka yang terbuat dari kayu’ yang menggambarkan wanita menari di dalam pertunjukan wayang kulit sebagai penutup.
Pada zaman Surakarta, instrumen pengiring tarian jalanan dilengkapi dengan bonang dan gong. Gamelan yang dipakai biasanya meliputi gender, penerus gender, kendang, kenong, kempul, dan gong. Semua instrumen itu dibawa ke mana-mana dengan cara dipikul.
Umum dikenal di kalangan penabuh instrumen Tari Gambyong, memainkan kendang bukanlah sesuatu yang mudah. Pengendang harus mampu jumbuh dengan keluwesan tarian serta mampu berpadu dengan irama gendhing. Maka tak heran, sering terjadi seorang penari Gambyong tidak bisa dipisahkan dengan pengendang yang selalu mengiringinya. Begitu juga sebaliknya, seorang pengendang yang telah tahu lagak-lagu si penari Gambyong akan mudah melakukan harmonisasi.
Gerakan
Gerakan para penari wanita yang lemah gemulai yang menunjukkan sikap dan watak para wanita Jawa Tengah yang identik dengan lemah gemulai. Kesan tersendiri juga dapat anda temukan ketika penari Gambyong menampilkan perpaduan gerak tangan dan kaki sambil memainkan sehelai kain selendang yang dikalungkan di leher.
Iringan
Seperangkat gamelan Jawa yang terdiri dari gong, gambang, kendang, serta kenong menjadi musik pengiring pertunjukan Tari Gambyong. Dari sekian banyak alat musik, yang dianggap sebagai otot tarian Gambyong yakni Kendang. Karena selama pertunjukan berlangsung, Kendang itu yang menuntun penari Gambyong untuk menari mengikuti lantunan tembang atau lagu berbahasa Jawa.
Kostum
penari Gambyong mengenakan pakaian khas penari wanita Jawa Tengah yakni kain kemben dengan bagian bahu terbuka sebagai atasan dan kain panjang bermotif batik sebagai bawahan. Dalam pertunjukan Gambyong, penampilan penari Gambyong juga dinilai memiliki peran penting. Konon, semakin cantik paras penarinya, keistimewaan dari pertunjukan Gambyong dapat diperoleh.
Bentuk Penyajian
Seiring dengan perkembangan zaman, tari gambyong mengalami perubahan dan perkembangan yaitu :
 Pada awalnya, bentuk sajian tari gambyong didominasi oleh kreativitas dan interpretasi penari dengan pengendang. Di dalam urut-urutan gerak tari yang disajikan oleh penari berdasarkan pada pola atau musik gendang.
Perkembangan selanjutnya, tari gambyong lebih didominasi oleh koreografi-koreografi tari gambyong. Perkembangan koreografi ini diawali dengan munculnya tari Gambyong Pareanom pada tahun 1950 di Mangkunegaran, dan yang menyusun ialah Nyi Bei Mintoraras.
Setelah kemunculan tari Gambyong Pareanom, banyak varian tarian gambyong yang berkembang di luar Mangkunegaran, diantaranya Gambyong Sala Minulya, Gambyong Pangkur, Gambyong Ayun-ayun, Gambyong Gambirsawit, Gambyong Mudhatama, Gambyong Dewandaru, dan Gambyong Campursari.
Ciri- ciri
Ciri khas pertunjukan Tari Gambyong, sebelum dimulai selalu dibuka dengan gendhing Pangkur. Tariannya terlihat indah dan elok apabila si penari mampu menyelaraskan gerak dengan irama kendang. Sebab, kendang itu biasa disebut otot tarian dan pemandu gendhing.
Fungsi
fungsi tari gambyong dalam kehidupan masyarakat dulunya berfungsi sebagai pertunjukan hiburan bagi Sinuhun Paku Buwono keenam dan tari untuk penyambutan tari penyambutan ketika ada tamu kehormatan berkunjung ke Kesunanan Surakarta , sedangkan sekarang berkembang sebagai hiburan pertunjukan bagi masyarakat luas Biasanya, tari Gambyong dimainkan ketika warga Jawa Tengah menyelenggarakan pesta pernikahan adat. Sebagai promosi budaya Jawa Tengah, Gambyong juga seringkali dimainkan di beberapa daerah selain Surakarta.  
Sumber         http://dwirinawati75.blogspot.com/2012/12/tari-gambyong.html
Referensi       http://aldarizka.blogspot.com 
                             http://kebudayaanjawatengah.blogspot.com 
                             http://gubugui.blogspot.com